Jam Desimal

Diposting oleh Author on Sabtu, 06 April 2013

Jam DesimalPengertian kita tentang waktu telah dikuasai sepenuhnya oleh perjalanan jarum-jarum jam, yang menunjukkan angka 12 ke angka 12. Dan, jika kita melihat angka desimal yang terdiri dari 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan kembali lagi ke angka 0, atau pengulangan angka desimal tersebut, misalnya 10 adalah angka 1 dan angka 0. Lalu, timbul gagasan untuk mempersoalkan, mungkinkah kita dapat merubahnya ke dalam sistem desimal? [Prima: Mei, 1979].

Seperti halnya dalam sistem satuan ukuran dan timbangan, dari sistem tradisional menjadi sistem metrik: inch, foot, mile, yard, gallon, pint, barrel, fathom, acre [bukan 'are'], dan sebagainya, menjadi liter, kilogram, kilometer dan hektar.
Dengan ditemukannya jam digital, digit atau digital yang berarti angka satuan dari 0 hingga 9 [desimal]; jika kita terapkan jam desimal, kita tidak perlu lagi menyebutkan, mis. jam 9 malam, atau jam 9 pagi. Sistem desimal lebih logis dan sistematis bila satu hari kita bagi menjadi 10 jam [tidak 12 jam, seperti yang berlaku sekarang ini], masing-masing pembagiannya 1 jam menjadi 100 menit, dan 1 menit menjadi 100 detik. Sistem ini akan lebih menguntungkan bagi keperluan pengetahuan dan pencatatan kecepatan dalam olahraga. Hanya saja, pada sistem desimal jangka waktu satu detik atau jam, akan jauh lebih lama dengan sistem yang sekarang, Sedangkan detiknya sendiri akan lebih pendek. Karena sehari semalam menjadi 10 jam [24 jam untuk jam konvesional]. Mari kita 'agak' membandingkan kedua sistem tersebut:
Konvesional: 2 x 12 jam, atau 24 x 60' x 60" = 86.400 detik
Desimal: 10 x 100' x 100" = 100.000 detik

Sistem konvensional yang diciptakan oleh Berosus, ahli astronom dan juru ramal [zodiac] Babylonia sejak 3 abad sebelum Masehi, dengan inspirasi 12 zodiak dengan 12 segmen penunjuk matahari. Al Battani mengatakan cara tersebut masih digunakan abad ke 10 M. Boleh jadi ahli-ahli astronomi Arab, ahli ilmu alam Arab, para pencipta instrumen Arab menambahkan 12 jam lagi untuk malam hari [komariah, jalannya peredaran bulan/komar], pada saat itu, abad pertengahan, middle ages, atau mediaeval, Kristen Eropa tertarik dengan sistem ini.

Jam derajat ciptaan John Flamsteed, astronom Inggris:1691, tidak ada sangkut pautnya dengan hitungan siang [matahari] dan malam [bulan], tetapi ditentukan pada dasar perputaran bumi pada sumbernya sendiri [porosnya, rotasi], yang menunjukkan posisi dunia pada garis edarnya dalam mengelilingi matahari, dan sebagai satuan waktu terbesar bukanlah hari yang ditetapkannya melainkan derajat 1/360 bagian dari tahun. Jam ini terlalu konsekwen astronomis dan tidak akan sama dengan perputaran waktu yang kita persepsikan dan sensasikan sehari-hari seperti sekarang ini, awam akan sulit memahaminya karena tidak terbiasa.

Sistem desimal jam dianjurkan oleh Prof. Gregor Mose, dari Institut Teknologi Massachusetts, ide ini dirintis dan dicetuskan setelah Revolusi Perancis. Ia berpendapat dengan sistem ini dapat menentukan "Big Bang" [ledakan besar saat terjadinya alam semesta] dan dapat menentukan saat 'start' untuk permulaan waktu di dunia.

Anda masih bingung dengan gagasan jam desimal? Sekarang, cobalah untuk membayangkan bahwa anda sedang mengadakan perjalanan ke ruang angkasa menembus jauh tata susunan planet kita atau bahkan ke luar tata surya kita; hari, pekan, bulan, tahun akan menjadi kabur tidak seperti pengertian kita di bumi sekarang.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar