Sebelum membaca yang ini sebaiknya kita baca terlebih dahulu Fenomena Paranormal bagian Pertama
Kita kembali pada percakapan al-imam al-Ghazali dengan temannya:
"Kebiasaan yang telah berlaku secara universal adalah bahwa 'orang yang tidak mengetahui sesuatu akan mengingkari sesuatu itu'. Orang itu belum merasakan tegukan hakikat dan tidak mengetahui ilmu laduni. Jadi, bagaimana dia dapat memutuskan hal itu. Saya tidak senang terhadap keputusannya yang hanya berdasarkan taklid atau perkiraan terhadap hal-hal yang dia tidak ketahui."
Sahabat saya berkata, 'saya ingin anda menyebutkan satu sisi dari tingkatan ilmu dan pembenaran ilmu ini. Anda menisbatkannya pada diri anda sendiri dan memutuskan penegasannya."
Saya menjawab, 'Tentang permintaan ini, penjelasannya sangat sulit. Namun, saya akan memulai pendahuluannya berdasarkan tuntutan kondisi, kesesuaian waktu, dan sesuatu yang muncul dari pikiran saya. Saya tidak ingin memperpanjang pembicaraan, sebab sebaik-baik pembicaraan adalah yang singkat tetapi akurat. Saya memohon kepada Allah 'Azza wa Jalla taufik dan pertolonganNya."
Kemudian, al-imam al-Ghazali menerangkan kepada sahabatnya tersebut tentang definisi ilmu, termasuk didalamnya ilmu laduni [ilmu ghaib, pen.], singkat kata sampailah pada penjelasan tentang hal ini.
Hakikat dan Sebab-sebab Diperolehnya Ilmu Laduni
Ilmu laduni adalah aliran cahaya ilham yang terjadi setelah jiwa mengalami penyempurnaan [taswiyyah], sebagaimana disebutkan dalam firman Allah: "Jiwa serta penyempurnaannya [QS. 91:7]. ini terjadi dengan tiga cara, yaitu:
Pertama, melalui perolehan seluruh ilmu dan pengambilan bagian yang paling sempurna dari sejumlah besar yang ada.
Kedua, melalui riyadhah [latihan] yang benar dan muraqabah yang sahih. Tentang hakikat ini isyaratnya terdapat pada ucapan Rasulullah, "Barangsiapa beramal dengan apa yang diketahui, Allah mewariskan kepadanya apa yang belum dia ketahui." Dalam hadis lain dikatakan, "Barangsiapa yang mengikhlaskan dirinya kepada Allah selama empat puluh subuh, Allah akan menampakkan dari kalbunya sumber-sumber hikmah melalui lisannya."
Ketiga, melalui tafakur [proses berfikir]. Apabila jiwa itu belajar dan mengolah ilmu, kemudian dia memikirkan data-data ilmunya dengan syarat-syarat berpikir, akan dibukakan baginya pintu kegaiban. Seperti pedagang yang mengolah hartanya, akan dibukakan pintu keuntungan laba. Dan jika dia menempuh jalan yang salah, niscaya dia akan jatuh ke dalam lembah kerugian. Oleh sebab itu, apabila orang berpikir dengan menempuh jalan yang benar, dia termasuk orang-orang yang berakal [dzawi al-albab]. Terbukalah celah dari alam ghaib di dalam kalbunya. Dia menjadi orang berilmu, sempurna, berakal, mendapat ilham, dan peneguh. Sebagaimana Rasulullah bersabda, "Berpikir sesaat adalah lebih baik daripada ibadah enam puluh tahun."
Penjelasan, tatacara, dan hakikat tafakur merupakan sesuatu yang samar dan memerlukan banyak penjelasan dan penafsiran yang disertai pertolongan Allah [al-imam al-Ghazali menjelaskannya dalam bab lain, pen.]
Lalu, al-imam al-Ghazali mengakhiri pembicaraan dengan kawannya tersebut dan berkata:
"Kini, saya akan mengakhiri risalah ini, karena pembahasan ini sudah memadai bagi ahlinya:'Barangsiapa yang tiada diberi cahaya oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun [QS. 24:40]
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar