Fenomena Paranormal

Diposting oleh Author on Kamis, 28 Maret 2013

Dari timur hingga barat, dari utara hingga selatan, manusia mengenal hal-hal yang ghaib dengan persepsinya masing-masing.
Paranormal Groups on facebookIn Islamic context, (al-)Ghaib (غيب) is (the) unseen and unknown, in reference to Allah and the forces that shape the world. The Qur'an states that man (mankind) is unable to see Allah and his attributes. Belief in al-Ghaib is considered an important Muslim characteristic, as it allows for prayer and faith. [wikipedia].
Kebiasaan yang telah berlaku secara universal adalah bahwa 'orang yang tidak mengetahui sesuatu akan mengingkari sesuatu itu'. Segala keputusannya hanya berdasarkan taklid atau perkiraan terhadap hal-hal yang tidak dia ketahui.
Saat kita melihat ilustrasi gambar disamping, yang merupakan hasil browsing dari salah satu situs sosial terpopuler saat ini, banyak sekali kelompok yang tergabung dalam group paranormal, tentu saja dengan persepsi mereka masing-masing, dan hampir tidak ada titik temu, karena begitu subyektifnya pengalaman ghaib ini bagi setiap orang.
Apakah ilmu ghaib sama dengan ilmu sihir? Tentu saja tidak. Disini penulis bukan hendak menunjukkan bahwa dia memahami ilmu ghaib, apalagi ilmu sihir. Yang hendak kita singgung adalah kenyataan manusia di hampir seluruh dunia, dari masa awal manusia tercipta hingga manusia modern saat ini, masih juga bersinggungan dan akan selalu bersinggungan hingga akhir jaman dengan keghaiban. Seperti yang dijelaskan pada definisi di atas bahwa "dalam konteks agama Islam, definisi ghaib ialah 'sesuatu yang tidak terlihat dan tidak diketahui', dalam kaitannya dengan Ketuhanan yang Berkuasa dan Membentuk dunia ini. Al Qur'an menyatakan bahwa manusia (umat manusia) tidak dapat melihat Allah beserta atributNya. Percaya kepada yang ghaib merupakan karakteristik yang penting bagi seorang Muslim, sehingga dia mampu untuk berdoa dan meyakininya." Bahkan, jika seorang yang mengaku muslim tetapi tidak mempercayai dan meyakini adanya keghaiban, maka patut dipertanyakan keimanannya.
Terlepas dari keyakinan salah satu agama saja, ternyata hampir semua penganut agama-agama yang ada di dunia ini mempercayai adanya alam ghaib, mahluk ghaib, dan keghaiban. Bahkan seorang atheist pun akan mengerutkan keningnya, tanda berpikir, jika dia mengalaminya baik secara sengaja ataupun tidak sengaja terhadap peristiwa ghaib yang dialaminya, secara singkat boleh kita sebut sebagai fenomena paranormal. Dari sini kita dapat lihat bahwa 'ghaib' berlaku umum bagi semua manusia (universal).
Lalu timbul pertanyaan, yang manakah yang dikatakan sesat, yang mempercayai keghaiban atau yang tidak percaya sama sekali?
Dalam "Ar-Risalah al-Laduniyyah", yang termuat di dalam Majmu'ah Rasa'il al-Imam al-Ghazali, buku ke-3, hlm.57-74, terbitan Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, Beirut, Libanon, 1988. Terjemahannya sebagai berikut:
Salah seorang sahabat saya pernah mengisahkan tentang sebagian ilmuwan yang mengingkari ilmu ghaib laduni. Padahal, ilmu tersebut merupakan sandaran para khawwash dari kalangan sufi dan harapan para penempuh jalan spiritual. Mereka mengatakan bahwa ilmu laduni adalah ilmu yang paling kuat dan paling sarat hikmahnya di antara ilmu-ilmu yang diperoleh melalui proses belajar. Ia pun mengisahkan bahwa ilmuwan itu berkata, "saya tidak mampu membayangkan ilmu para sufi. saya tidak mengira ada seseorang di alam ini yang berbicara tentang ilmu hakiki melalui berpikir dan merenung tanpa belajar dan berusaha."
Saya mengatakan bahwa seakan-akan dia tidak memperhatikan cara-cara memperoleh ilmu itu. Ia tidak mengetahui diri manusia, sifat-sifatnya, dan cara penerimaannya terhadap pengaruh ghaib dan ilmu malakut.
Lalu, sahabat saya itu mengatakan, "Benar, orang itu mengatakan bahwa ilmu itu adalah fiqih, tafsir Alquran, kalam dan ilmu pasti. Tidak ada lagi ilmu yang lain. Ilmu-ilmu itu tidak diperoleh kecuali dengan proses belajar."
Saya menjawab, "Benar, lalu bagaimana dia mengetahui ilmu tafsir, karena Alquran itu adalah samudera luas yang mencakup segala sesuatu. Tidak seluruh makna dan hakikat penafsirannya termuat di dalam karya-karya yang terkenal di kalangan awam. Bahkan, tafsir itu sendiri hanya sebatas hal-hal yang diketahui oleh orang itu saja."
[bersambung...]

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar