Dukun

Diposting oleh Author on Rabu, 24 April 2013

DukunDukun adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat indonesia dan melayu dalam pengertian 'shaman' yaitu praktek yang melibatkan seorang praktisi untuk mencapai keadaan kesadaran 'lain' disebut dengan istilah 'altered state of consciousness' (ASC), yaitu keadaan yang berbeda dengan keadaan normal pada gelombang Beta, ungkapan ini digunakan pada tahun 1966 oleh Arnold M.Ludwig dan diperkenalkan secara umum mulai tahun 1969 oleh Charles Tart.

Gelombang Beta, atau ritmis Beta adalah istilah digunakan untuk menunjukkan aktivitas otak manusia pada kisaran frekuensi 12 hingga 30Hz. keadaan gelombang otak pada frekuensi ini disebut dengan kesadaran normal secara umum. Ada 3 tingkatan keadaan Beta. Beta beramplitudo rendah dengan tingkatan dan frekuensi yang berbeda sering dihubungkan dengan proses berpikir aktif, panik, atau cemas dan aktif berkonsentrasi.

Dalam hal 'shaman', di negara kita dikenal dengan istilah dukun, kesadaran 'lain' ini digunakan untuk untuk berhubungan dengan 'dunia lain', seorang shaman [dukun] dianggap memiliki akses dan pengaruh di dunia alam 'ruh'.
Baiklah, rasanya terlalu panjang untuk menerangkan dan menjelaskan berbagai istilah supranatural [super natural] dan istilah-istilah mistis lainnya. Penulis anjurkan untuk menyimaknya pada tautan pendukung berikut tentang apa itu evocation?, dan pada tautan-tautan yang ada dalam konten blog ini.

Dukun atau shaman sangat berhubungan dengan olah kebatinan, kadang-kadang disertai dengan ritual agama yang sangat tipis, artinya tidak seperti seorang sufi yang dalam prakteknya sangat mendalam untuk mencapai kebenaran hakiki alam ghaib hingga mencapai makrifatullah [pengenalan terhadap Tuhan alam semesta], atau tidak seperti pada ritual-ritual agama lainnya seperti hindu, budha, nasrani, sedangkan dukun sangat kuat dengan keyakinan lama animisma, penghormatan terhadap arwah leluhur, dan dinamisma. Hampir di setiap sudut bumi akan dapat kita temukan praktek-praktek semacam ini, mungkin dari sinilah cikal bakal agama muncul, dari hasil kontemplasi seorang manusia dalam rangka mengenal penciptanya.

Dalam agama hindu dan budha, ada meditasi, yoga dst.. dalam agama islam ada dzikir, shalat, wirid, dalam agama nasrani, yahudi lain lagi tata caranya. semuanya dimaksudkan untuk berhubungan atau membuat kontak dengan ruh suci menurut keyakinannya masing-masing. Tentu saja berbeda, antara praktek peribadatan dengan praktek perdukunan, tetapi intinya 'to make contact' with supernatural being... mungkin jika dalam masyarakat materialistis pada era modern ini dan pada masyarakat yang terlalu mendewakan otaknya belaka, dia akan 'to make contact' dengan alien yang dianggap nyata dalam ilmu pengetahuan yang dimilikinya, padahal jika kita renungkan lebih dalam ternyata sama saja, tidak dan belum terbukti secara fisik. Bolehkah kita menghakimi keyakinan lain dengan standar keyakinan yang kita miliki? Bolehkah seorang dokter menyalahkan diagnosa dokter lainnya? bolehkah seorang psikiater menyalahkan diagnosa psikiater lainnya? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.

Dalam praktek umumnya, seorang dukun [dimanapun di dunia ini], adalah orang yang diajak berkonsultasi oleh seseorang yang merasa telah mengalami masalah yang berhubungan dengan hal-hal supranatural atau fenomena paranormal. Jika kita lihat dari hal ini, dukun boleh dikatakan sebagai seorang praktisi psikiatris tradisional. Karena dalam prakteknya banyak dukun membantu, diminta membantu 'orang-orang yang bermasalah'.

Dengan telah majunya peradaban manusia, hal-hal yang berbau ghaib atau diluar kemampuan nalar akal manusia dianggap tidak ada. Apakah hal-hal mistik akan mudah hilang dari peradaban manusia itu sendiri? apakah sudah sedemikian hebatnya, jika tidak boleh disebut'parahnya' ajaran atau dogma materialistis hingga meresap ke dalam pribadi umat manusia? jawabannya tidak dan tidak akan. Dimanapun dan kemanapun kita pergi di permukaan bumi ini, kita akan selalu dan banyak menemukan praktek 'shaman' atau perdukunan, apalagi di Indonesia dengan budaya timurnya.

Dukun di Indonesia dan dimanapun adalah merupakan seorang pelestari budaya, ingat ini bukan agama apalagi ajaran agama, pada suku Indian di amrik, afrika, atau suku-suku di kalimantan, dayak dan sebagainya, di sumatera, papua, asia tenggara, afrika, amerika, eropa atau suku-suku lainnya di belahan dunia. Coba kita bayangkan acara Debus dari Banten tanpa dukun, atau tari Barong di Bali tanpa dukun, yang menusukkan keris ke tubuhnya dengan tanpa terluka sedikitpun, Trik? baiklah, jika demikian dukun itulah yang mengajarkan triknya, seperti seorang pesulap dalam melakukan aksinya di atas panggung. Seni budaya tanpa dukun rasanya seperti kendaraan bermesin tanpa bahan bakar, seperti telpon selular, BB, ipad, iphone, yang low bat. Dengan adanya budaya materialistis pendewaan/penyembahan akal, semuanya dituntut harus terbukti secara nyata. Menurut penulis, anda boleh tidak setuju, satu tarian atau seni budaya tanpa disertai hal-hal yang menurut agama tertentu merupakan hal yang tidak logis dan sesat, akan menghancurkan budaya itu sendiri, seperti halnya manusia berjalan tanpa jiwa, tanpa ruh kehidupan. Seni budaya hanya menjadi komoditi komersil belaka.

Penulis tidak hendak saling menghantamkan keyakinan yang satu dengan keyakinan yang lain, penulis hanya bermaksud mengingatkan bahwa kita tidak dapat men'judge' atau menghakimi keyakinan lain dengan standar keyakinan yang kita miliki sendiri, sebab akan merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Jika dalam Islam ungkapannya disebutkan dengan 'Lakum dinukum waliya din', "To you be your religion, and to me my religion."

baca terusDukun

Televisi, Nabi Palsu

Diposting oleh Author on Rabu, 17 April 2013

Televisi - Nabi PalsuDengan menggunakan tehnik komunikasi massa, media massa dalam menyampaikan pesan berita kepada publik dapat dibedakan berdasarkan teknologi yang digunakannya. Teknologi ini bisa berupa media siaran elektronik seperti radio, film, televisi. Media cetak atau surat kabar seperti koran, majalah, buku, pamflet, bahkan komik. Pemanfaatan tempat di luar ruangan [outdoor media], billboard, spanduk, plakat yang dipasang diluar dan didalam gedung-gedung publik. 'Public Speaking' bisa dikategorikan kedalam bentuk komunikasi massa. Media digital, seperti internet dan komunikasi massa yang bersifat mobile. Internet, merupakan penyedia media massa, seperti email, website atau blog, baik itu berbasis radio ataupun televisi. Semua media/alat penyampaian pesan dan berita tersebut keseluruhannya saling berkaitan, intinya adalah komunikasi massa. Dan, yang memegang kendali berbagai teknologi tersebut adalah perusahaan-perusahaan, yang disebut dengan media massa.
Meski masih terdapat kerancuan definisi, di awal abad 21 ini media massa dapat diklasifikasikan ke dalam: percetakan, recording, sinema, radio, televisi, internet, dan telepon genggam. Lihat pula pengertian Pers dalam perspekstif Wikipedia.

Judul konten blog kali ini begitu menyeramkan 'Nabi Palsu'?

Seorang pakar komunikasi massa kurang lebih telah mengatakan: "di Amerika, sejak penemuan televisi, orang tidak pernah lagi pergi ke tempat-tempat ibadah untuk mendengarkan khotbah atau ceramah keagamaan, mereka lebih mempercayai televisi dibandingkan dengan berita kebenaran, apa yang dikatakan oleh televisi akan mereka ikuti, mereka telah menjadikan televisi sebagai nabi mereka".
Sayang sekali penulis sudah lupa nama pakar komunikasi tersebut, saat itu penulis masih duduk di bangku kuliah semester awal, dan yang menyampaikan hal tersebut adalah dosen komunikasi.
Dalam masyarakat kita kecondongan ini telah terbentuk sejak lama, mungkin terbukti dan mungkin tidak, sejak berbagai fasilitas media dipopulerkan, media massa mampu mempengaruhi sifat dan kebiasaan masyarakat. Penulis blog lain menyebutnya dengan istilah "gods of entertainment, The Power of Mass Media to influence". Sebenarnya semakin kita mempercayai media, semakin makmur kekayaan para pemilik perusahaan media massa tersebut. Industri media massa menghasilkan keuntungan yang sangat berlimpah dari hasil berbagai iklan yang mereka jual.

Kita, sudah barang tentu, akan membeli apa yang dikatakan bagus oleh media massa, dengan kata lain keputusan kita untuk membeli ditentukan oleh media massa seperti yang ditayangkan di televisi, radio atau yang lainnya. Bagi pemirsa yang sudah cerdas, hal ini tidaklah menjadi masalah, yang perlu dikhawatirkan adalah masyarakat yang belum memahami, kalau boleh dikatakan 'kurang cerdas', misalnya para remaja dalam tahap perkembangan fisik, emosional, dan mentalnya, biasanya keputusannya tergantung dari pemahaman mereka akan suatu produk berita. Dapat kita tarik satu contoh 'penyesatan' [pengaruh] media massa terhadap publik pemirsanya ialah berbagai iklan (atau berita), kita ambil contoh iklan produk pembersih rambut (shampoo), pemutih kulit, penurun berat badan atau peninggi tubuh, kita tahu siapa saja yang menjadi modelnya, mengapa harus model yang 'memang' sudah berambut lurus? mengapa harus model yang 'memang' sudah berkulit putih? mengapa harus model yang dari awal 'memang' langsing atau keturunan yang memiliki postur tubuh tinggi? diskriminasi? boleh jadi, bisa saja 'ya'. Dari sejak kecil kita telah ditanamkan [brainwashed] bahwa orang cantik atau ganteng itu seperti yang ditampilkan pada layar televisi kita, majalah, billboard, atau media [alat] lainya, otak kita telah di'cuci kotor' dengan pola-pola pengaruh media massa.
Media massa [perusahaan] memiliki pengaruh besar terhadap pola pikir masyarakat dan opini publik, apa yang dikatakan televisi selalu dianggap benar, realitas, faktual, atau aktual. Isu teroris, artis, politis. Pembentukan opini publik adalah daya upaya berbagai perusahaan media tersebut.

Ada 3 teori untuk menggambarkan pengaruh media massa. Situs CliffNotes menjelaskan secara rinci teori ini dengan meneliti peran bahwa media massa memainkan peran utama dalam masyarakat modern.
  • Teori Pengaruh-Terbatas, teruji pada 1940-an dan 1950-an, menyatakan bahwa "karena orang biasanya memilih media tertentu untuk berinteraksi atas dasar apa yang telah mereka percayai sebelumnya, pengaruh media massa lainnya diabaikan".
  • Teori Dominasi-Kelas, menyatakan bahwa "media mencerminkan dan memproyeksikan pandangan kelompok elit minoritas, yang berkuasa mengontrol hal itu". Dengan penjelasan bahwa orang-orang yang memiliki dan mengendalikan perusahaan media terdiri dari kelompok elit ini.
  • Teori Kultural, dikembangkan pada 1980-an dan 1990-an, menggabungkan kedua teori tersebut dan menyatakan bahwa "orang berinteraksi dengan media untuk menciptakan makna mereka sendiri diluar gambaran dan pesan yang mereka terima". Teori ini menyatakan bahwa penonton berperan aktif bukan pasif dalam kaitannya dengan media massa.
Dalam sebuah artikel berjudul Pengaruh Media Massa pada Masyarakat, Rayuso berpendapat bahwa di Amerika media didominasi oleh lima perusahaan besar (Time Warner, Viacom, Vivendi Universal, Walt Disney dan News Corp) yang memiliki 95% dari semua media massa termasuk taman hiburan, studio film, televisi dan radio siaran, jaringan dan pemrograman, video berita, hiburan olahraga, telekomunikasi, telepon nirkabel, perangkat lunak video game, media elektronik dan industri musik. Dilihat dari sejarahnya, perusahaan-perusahaan ini sebelumnya berjalan sendiri-sendiri, kemudian baru-baru ini bergabung untuk membentuk suatu kelompok elit yang memiliki kekuatan untuk membentuk opini dan keyakinan orang.

Orang-orang akan membeli setelah melihat ribuan iklan berbagai perusahaan di TV, koran atau majalah yang mampu mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Definisi yang dapat diterima oleh masyarakat ditentukan oleh media. Kekuatan pengaruh media ini dapat digunakan untuk kebaikan, misalnya mendorong anak-anak untuk berolahraga. Namun, juga dapat digunakan untuk hal buruk, misalnya anak-anak terpengaruh oleh iklan rokok yang dihisap oleh bintang film, dengan menayangkan gambar yang berbau seks, kekerasan dan 'junk food'.
Perusaan McDonalds pernah dituntut secara hukum gara-gara iklannya. Barbie dan boneka Ken dari tahun 1950-an kadang-kadang disebut sebagai penyebab utama obsesi kaum perempuan masyarakat modern untuk menjadi kurus dan digemari kaum pria. Setelah terjadinya serangan 9/11, media secara luas memberitakan Osama bin Laden yang bertanggung jawab atas serangan itu, informasi yang mereka ketahui dari pihak berwenang. Hal ini membentuk opini publik untuk mendukung perang terhadap terorisme, dan kemudian akhirnya perang terhadap Irak. Perlu diperhatikan disini adalah bahwa karena kekuatan besar dari media massa mampu mendorong opini publik, media massa yang menerima informasi tidak akurat dapat mengakibatkan opini publik mendukung perjuangan yang salah.

Dalam bukunya 'The Commercialization of American Culture', Matthew P. McAllister mengatakan bahwa "sistem media yang dikembangkan dengan baik akan menginformasikan dan mengajar warga negaranya, membantu demokrasi bergerak ke arah yang ideal."

JR Finnegan Jr dan K. Viswanath, 1997, mengidentifikasikan 3 pengaruh utama fungsi media massa.
  • Kesenjangan Pengetahuan: Media massa berpengaruh pada kesenjangan pengetahuan yang disebabkan faktor-faktor seperti "sejauh mana daya tarik konten(isi), sejauh mana saluran informasi dapat diakses dan diinginkan, dan jumlah konflik sosial dan keragaman yang ada di masyarakat".
  • Agenda Setting: Orang-orang berpengaruh atau kita sebut 'public figure' dalam cara mereka berpikir tentang isu-isu tertentu karena sifatnya tersebut terpilih oleh media untuk dimanfaatkan sebagai konsumsi publik. Dengan kemampuan ini media dapat mengubah cara masyarakat berpikir dan berperilaku. Pada pertengahan 1970-an ketika Betty Ford dan Happy Rockefeller, istri Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat, keduanya didiagnosa menderita kanker payudara. JJ Davis menyatakan bahwa "jika risiko yang disorot di media, terutama dengan cara rinci dan detil, tingkat 'agenda setting'nya kemungkinan akan didasarkan pada sejauh mana masyarakat dapat terpancing". Bila ingin mengatur agenda, 'framing' inilah yang sangat berguna bagi organisasi media massa.
    Media ditentukan oleh liputan beritanya yang seimbang, dan tekanan yang dihasilkan dapat berasal dari kelompok aksi politik atau advokasi tertentu. Finnegan dan Viswanath mengatakan, "kelompok, lembaga, dan para pendukung semuanya bersaing untuk mengidentifikasikan permasalahan, lalu membawanya ke ranah publik, dan menentukan isu-isu tersebut secara simbolis" (1997, hal. 324).
  • Budidaya Persepsi: Sejauh mana media membentuk persepsi penonton dari waktu ke waktu dikenal sebagai 'Cultivation of Perceptions', membudidayakan persepsi masyarakat. Dialami oleh Televisi secara umum, terutama seperti di Amerika Serikat, ke titik dimana hal itu dapat digambarkan sebagai "agen penyamarataan" (SW Littlejohn). Namun, alih-alih mendapatkan hasil dari TV tersebut, efeknya sering didasarkan pada faktor sosial ekonomi. Menonton TV atau film (berita) kekerasan terlalu sering dapat mempengaruhi mereka yang secara aktif berpikir bahwa kekerasan di dalam masyarakat adalah merupakan masalah, atau malah merasa dibenarkan. Keyakinan persepsi yang ditimbulkan kemungkinan akan berbeda, tergantung latar belakang kehidupan setiap orang.
Sejak tahun 50-an, ketika bioskop, radio dan TV mulai menjadi kebutuhan utama atau satu-satunya sumber informasi untuk sebagian besar masyarakat, media mulai dianggap sebagai instrumen pusat kontrol massa. Hingga muncul gagasan bahwa ketika suatu negara telah mencapai taraf industrialisasi yang cukup tinggi, negara itu sendiri menjadi "milik orang yang mengendalikan komunikasi."

Media massa memainkan peran penting dalam membentuk persepsi publik tentang berbagai isu penting, baik melalui informasi yang disalurkan melalui mereka, dan melalui interpretasi mereka sendiri akan dimana mereka menempatkannya. Mereka juga memainkan peran besar dalam membentuk budaya modern, dengan memilih dan mengatur keyakinan, nilai, dan tradisi (seluruh cara hidup) tertentu sebagai suatu realitas. Artinya, dengan menggambarkan interpretasi tertentu dari suatu realitas, mereka membentuk realitas menjadi lebih sesuai dengan penafsiran mereka tersebut.

baca terusTelevisi, Nabi Palsu

Ruang dan Waktu

Diposting oleh Author on Jumat, 12 April 2013

Puisi Rumi tentang Ruang dan WaktuNot Intrigued With Evening
By Rumi
What the material world values does not shine the same in the truth of the soul.
You have been interested in your shadow.
Look instead directly at the sun.
What can we know by just watching the time-and-space shapes of each other?
Someone half awake in the night sees imaginary dangers; the morning star rises; the horizon grows defined;
people become friends in a moving caravan.
Night birds may think daybreak a kind of darkness, because that’s all they know.
It’s a fortunate bird who’s not intrigued with evening, who flies in the sun we call Shams.

*Shams = an Arabic term for the word “sun”

Apa yang dikatakan oleh Prof.Whitehead tentang alam, perjalanan alam dalam waktu agaknya merupakan aspek yang paling penting yang secara khusus telah ditekankan olah AlQuran dan yang memberikan pedoman terbaik bagi kita menuju watak terakhir dari hakikat.

Tanggapan seseorang tentang benda adalah superficial dan eksternal; tetapi tentang dirinya sendiri internal, amat akrab dan mendalam sekali. Pengalaman sadar inilah yang dalam keadaan wujud (eksistensi) yang diutamakan, dimana manusia berada dalam hubungan mutlak dengan hakikat. Tidak ada yang statis dalam kehidupan batin, semua dalam keadaan gerak, aliran abadi yang tiada henti dan merupakan tempat istirahat. Ujud (eksistensi) yang sadar ini berarti kehidupan dalam waktu dan pandangan ke dalam yang lebih tajam tentang watak pengalaman sadar itu menunjukkan bahwa diri, dalam kehidupan batinnya bergerak dari pusat di dalam ke luar, apresiatif dan efisien ke lingkungan (masyarakat, diri-diri lain), tetapi tetap sebagai diri sendiri. Eksistensi dalam waktu yang diruangkan adalah eksistensi palsu.

Perubahan dan gerak ini tidaklah terpisah-pisah; unsur-unsurnya saling susup menyusupi dan seluruhnya bersifat non-serial. Nampak, waktu dan diri apresiatif itu adalah suatu 'sekarang' tersendiri, yang oleh diri efisien itu, dalam lalulintasnya dengan dunia ruang, diremukkan menjadi rentetan 'sekarang-sekarang'. Disinilah terdapat jangka waktu sebenar-benarnya yang tiada dipalsukan oleh ruang.

Tetapi tidaklah mungkin untuk menyatakan pengalaman batin dari jangka waktu asli ini ke dalam kata-kata, karena bahasa terbentuk atas waktu beruntun dari diri efisien kita sehari-hari. Dapat kita ilustrasikan disini: Kecepatan gerak gelombang dengan frekuensi 400 billion per detik dan menghitung 200/detik, kita memerlukan 6000 tahun untuk dapat menyelesaikan perhitungan frekuensi gelombang warna 'merah' ini, tetapi 'single momentary act of perception' hanya menangkap 'warna merah' saja. Demikian pula, betapa tindak mental itu merubah runtutan (succession) menjadi jangka waktu (duration). Maka diri apresiatif itu kurang lebih merupakan sifat perobahan diri efisien, ditinjau sintesanya atas 'sini' dan 'kini' oleh diri efisien -perubahan kecil dari ruang dan waktu amat amat diperlukan oleh diri efisien- menjadi keseluruhan yang bertautan dan dari kepribadian manusia.

Maka waktu asli, seperti analisa mendalam dan pengalaman kesadaran batin kita, bukanlah suatu runtutan dari hal-hal yang berdiri sendiri atau dapat dibolak-balikan ke masa lalu atau ke masa depan, tetapi ialah suatu keseluruhan organis dimana yang lampau itu tidak ditinggalkan di belakang tetapi turut bergerak bersama dan bekerja di dalam 'sekarang', dan masa depan dikenakan kepadanya sebagai bukan terletak dihadapannya, yang lagi harus dimasukinya;ia dikenakan padanya hanya dalam artian bahwa ia ada dalam wataknya sebagai suatu kemungkinan terbuka.

Waktu yang dipandang sebagai keseluruhan organis ini oleh AlQuran dinamakan taqdir atau nasib, satu perkataan yang banyak disalahtafsirkan baik di kalangan ummat islam sendiri maupun diluar ummat islam. Nasib adalah waktu dipandang sebagai mendahului, menyingkap kemungkinan-kemungkinannya, ia adalah waktu yang dibebaskan dari jaringan runtutan sebab musabab, sifat diagramatis yang diletakkan atasnya oleh pengertian logika. Dengan satu perkataan ia adalah waktu sebagai diri dan bukan sebagai fikiran dan diperkirakan. Waktu dipandang sebagai nasib membentuk intisari benda-benda.

"Allah telah menciptakan sesuatu menurut masing=masing qadarnya", Nasib bukanlah sesuatu yang tidak berbelas kasih dari majikan yang berkuasa, tetapi ia adalah pencapaian dari dalam suatu benda, kemungkinan-kemungkinan terlaksanakan letaknya ada di dalam lubuk wataknya sendiri yang secara beruntun meligat-ligatkan dirinya sendiri tanpa tekanan luar. Setiap detik dalam kehidupan hakikat itu adalah asli, melahirkan yang baru dan tanpa diduga. Untuk terwujud dalam waktu asli itu tidaklah dapat dibatasi oleh rintangan-rintangan waktu beruntun, berarti tercipta dari saat ke saat secara bebas mutlak serta asli dalam penciptaan itu. Pada hakikatnya kegiatan cipta adalah kegiatan bebas, dan menentang pengulangan (mekanis) yang oleh ilmu pengetahuan berusaha menggambarkan persamaannya dari pengalaman. Kehidupan dengan perasaannya yang mendalam tentang spontanitas merupakan suatu pusat dari ketidaktentuan, karena terletak diluar bidang keharusan. Oleh sebab itulah pengetahuan tidak dapat memahami kehidupan.

Pelajarilah kehidupan itu ke dalam dirinya sendiri, maka konsep mekanis itu akan menjadi sesuatu yang tidak becus. Benda berasal dari gerak, bukan sebaliknya. Karena tidak mungkin, ilmu fisika telah membuktikan tentang hal ini. Apa yang kita sebut benda adalah peristiwa-peristiwa dalam kelanjutan alam yang diruangkan oleh fikiran kita sendiri dengan demikian dianggap saling berpisah bagi tujuan-tujuan gerak itu sendiri. Alam semesta bukanlah benda, tetapi gerak. Watak fikiran menurut Bergson, adalah beruntun (serial) dan tidak dapat memperbincangkan gerak, kecuali melihatnya dari rentetan titik-titik yang diam. Alam fikiran bekerja dengan konsep statis, melihat gerak menjadi benda. Koeksistensi dan kelanjutan barang-barang yang tidak bergerak ini adalah sumber dari apa yang kita namakan 'ruang dan waktu'.

Gerak hidup, sebagai suatu pertumbuhan organis, mengandung suatu sintesa yang maju dari berbagai babak. Tanpa sintesa ini, ia akan berhenti menjadi pertumbuhan organis. Ia ditetapkan oleh tujuan-tujuan, dengan adanya tujuan berarti ia telah disusupi akal, juga kegiatan akal tidak mungkin pula tanpa adanya tujuan-tujuan. Dalam pengalaman yang sadar, kehidupan dan fikiran itu saling susup menyusupi dan merupakan satu kesatuan. Maka fikiran dalam watak aslinya ialah identik dengan kehidupan. Dunia bukanlah panggung sandiwara, karena tidak akan bebas jika tujuan telah ditetapkan lebih dahulu, ini akan menghilangkan kebebasan manusia atau ilahi. Kehidupan adalah jalan raya yang melalui serentetan kematian, jika kita berhenti, kita menjadi sesuatu yang baru, tetapi secara organis bertalian satu sama lainnya.

Tujuan-tujuan adalah kesudahan-kesudahan dari suatu tugas, dan merupakan baru akan datang dan seharusnya tidak direncanakan terlebih dahulu. Proses waktu hanyalah garis dalam gambaran, dan hanya bersifat bertujuan dalam arti selektif menurut sifat, dan merupakan pemenuhan masa sekarang dengan secara giat memelihara dan melengkapi masa lampau. AlQuran memperlihatkan bahwa alam semesta takluk kepada perubahan, yang tumbuh dan bukan hasil yang sudah lengkap. "Dan Dialah yang telah menjadikan malam dan siang berganti-ganti (sebagai tanda) bagi orang yang mau berfikir atau mau berterimakasih".
Penafsiran kritis dari runtutan waktu, pengertian hakikat sebenarnya sebagai jangka waktu yang semata-mata dimana fikiran, kehidupan, dan tujuan saling jalin menjalin guna membentuk satu kesatuan organis. kesatuan dari suatu diri konkrit dan segala-segalanya -sumber mutlak dari segala kehidupan dan fikiran perorangan. Hidup dalam jangka waktu asli ialah berarti hidup sebagai diri, dan menjadi suatu diri adalah berarti sanggup untuk mengatakan 'aku ada'. Hanya yang dapat mengatakan demikianlah yang benar-benar ada. Derajat intuisi dan 'keaku-adaan' itu yang menetapkan tempat dari sesuatu benda dalam derajat mahluk. "aku ada" kita adalah diri dengan diri lain, sedangkan 'Aku ada' diri mutlak sanggup hidup tanpa segala alam ini (Ali Imran: 97) Tidak ada yang menyamainya (QS. Al Ikhlas).

Alam harus dipahami sebagai suatu organisma yang selalu bertumbuh, pertumbuhannya tidak mempunyai batas keluar yang berkesudahan. Batas satu-satunya ialah kedalam, yaitu diri immanen yang menjiwai dan memelihara keseluruhan itu. "Dan sesungguhnya pada Tuhanmulah batas itu" (An Najm: 42). Masa depan adalah sebagai satu kemungkinan tebuka belaka bukan sebagai satu kebenaran. Dan tidaklah mudah memecahkan masalah waktu. "Dan kepunyaanNyalah peredaran malam dan siang" (Al Muminun:80).

Dapatkah perubahan dialaskan pada Dzat Mutlak? Kita sebagai mahluk manusia secara fungsional adalah berhubungan satu sama lain, dengan satu proses dunia yang bebas. Syarat-syarat hidup kita terutama terletak diluar kita. Satu-satunya macam hidup yang kita kenal adalah 'kehendak, usaha, kegagalan atau kemenangan'.

[sumber, disadur dari: Muhammad Iqbal]

edited: 22 Maret 2023, tambahan wawasan dari channel Bapak Gita Wirjawan, nara sumber: Habib Husein Ja'far Al Hadar
baca terusRuang dan Waktu

Jam Desimal

Diposting oleh Author on Sabtu, 06 April 2013

Jam DesimalPengertian kita tentang waktu telah dikuasai sepenuhnya oleh perjalanan jarum-jarum jam, yang menunjukkan angka 12 ke angka 12. Dan, jika kita melihat angka desimal yang terdiri dari 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan kembali lagi ke angka 0, atau pengulangan angka desimal tersebut, misalnya 10 adalah angka 1 dan angka 0. Lalu, timbul gagasan untuk mempersoalkan, mungkinkah kita dapat merubahnya ke dalam sistem desimal? [Prima: Mei, 1979].

Seperti halnya dalam sistem satuan ukuran dan timbangan, dari sistem tradisional menjadi sistem metrik: inch, foot, mile, yard, gallon, pint, barrel, fathom, acre [bukan 'are'], dan sebagainya, menjadi liter, kilogram, kilometer dan hektar.
Dengan ditemukannya jam digital, digit atau digital yang berarti angka satuan dari 0 hingga 9 [desimal]; jika kita terapkan jam desimal, kita tidak perlu lagi menyebutkan, mis. jam 9 malam, atau jam 9 pagi. Sistem desimal lebih logis dan sistematis bila satu hari kita bagi menjadi 10 jam [tidak 12 jam, seperti yang berlaku sekarang ini], masing-masing pembagiannya 1 jam menjadi 100 menit, dan 1 menit menjadi 100 detik. Sistem ini akan lebih menguntungkan bagi keperluan pengetahuan dan pencatatan kecepatan dalam olahraga. Hanya saja, pada sistem desimal jangka waktu satu detik atau jam, akan jauh lebih lama dengan sistem yang sekarang, Sedangkan detiknya sendiri akan lebih pendek. Karena sehari semalam menjadi 10 jam [24 jam untuk jam konvesional]. Mari kita 'agak' membandingkan kedua sistem tersebut:
Konvesional: 2 x 12 jam, atau 24 x 60' x 60" = 86.400 detik
Desimal: 10 x 100' x 100" = 100.000 detik

Sistem konvensional yang diciptakan oleh Berosus, ahli astronom dan juru ramal [zodiac] Babylonia sejak 3 abad sebelum Masehi, dengan inspirasi 12 zodiak dengan 12 segmen penunjuk matahari. Al Battani mengatakan cara tersebut masih digunakan abad ke 10 M. Boleh jadi ahli-ahli astronomi Arab, ahli ilmu alam Arab, para pencipta instrumen Arab menambahkan 12 jam lagi untuk malam hari [komariah, jalannya peredaran bulan/komar], pada saat itu, abad pertengahan, middle ages, atau mediaeval, Kristen Eropa tertarik dengan sistem ini.

Jam derajat ciptaan John Flamsteed, astronom Inggris:1691, tidak ada sangkut pautnya dengan hitungan siang [matahari] dan malam [bulan], tetapi ditentukan pada dasar perputaran bumi pada sumbernya sendiri [porosnya, rotasi], yang menunjukkan posisi dunia pada garis edarnya dalam mengelilingi matahari, dan sebagai satuan waktu terbesar bukanlah hari yang ditetapkannya melainkan derajat 1/360 bagian dari tahun. Jam ini terlalu konsekwen astronomis dan tidak akan sama dengan perputaran waktu yang kita persepsikan dan sensasikan sehari-hari seperti sekarang ini, awam akan sulit memahaminya karena tidak terbiasa.

Sistem desimal jam dianjurkan oleh Prof. Gregor Mose, dari Institut Teknologi Massachusetts, ide ini dirintis dan dicetuskan setelah Revolusi Perancis. Ia berpendapat dengan sistem ini dapat menentukan "Big Bang" [ledakan besar saat terjadinya alam semesta] dan dapat menentukan saat 'start' untuk permulaan waktu di dunia.

Anda masih bingung dengan gagasan jam desimal? Sekarang, cobalah untuk membayangkan bahwa anda sedang mengadakan perjalanan ke ruang angkasa menembus jauh tata susunan planet kita atau bahkan ke luar tata surya kita; hari, pekan, bulan, tahun akan menjadi kabur tidak seperti pengertian kita di bumi sekarang.

baca terusJam Desimal

Waktu Bukanlah Garis Lurus

Diposting oleh Author on Rabu, 03 April 2013

Keistimewaan Angka 9
Waktu adalah Pedang
[salah satu puisi dari Muhammad Iqbal]

Semoga subur makmur makam Imam Syafi'i
Pohon anggurnya telah menggembirakan dunia!
Citanya memetik bintang dari langit
Disebutnya Waktu sebagai pedang yang membabat sagalanya
Apa hendak kukata, bagaimana rahasia pedang itu?
Cahaya dan kilaunya berasal dari hidup ini

Bagi yang memilikinya bebas dari harap dan khawatir
Tanganmu lebih putih dari tangan Musa
Sekali ketuk air muncrat dari tubir gunung
Dan laut jadi tanah
Musa menghunus pedang Laut Merah terbelah dua
Pedang itu pun memberi kekuatan kepada Sayyidina Ali
Yang menaklukkan benteng Chaibar

Revolusi langit begitu jelas
Perkisaran siang-malam amatlah nyata

Lihatlah! Kau yang dibelenggu masa lalu dan masa depan
Pandanglah alam lain dari kalbumu
Tapi mengapa kau semai bibit kegelapan
Kau bayangkan Waktu hanya seperti garis
Waktu cuma kau ukur dengan siang dan malam semata

Kau jadikan ukuran itu pengikat hati tak beriman
Kaulah pembuat iklan kepalsuan seperti arca-arca
Padahal dulu kau unsur yang hidup
Kini mati kering mengabu
Kini kau budak pemuja dusta

Benarkah kau Islam? Ayo, putuskan rantai belenggu itu!
Jadilah pancaran cahaya cemerlang bagi agama orang merdeka
Sebab kau tak tahu asal-usul Waktu
Tak kau kenal kehidupan yang kekal
Untuk berapa lama lagi kau dipenjara malam dan siang?
Petiklah rahasia Waktu
Maka akan kau dapatkan keajaibannya

Bukan matahari yang melahirkan Waktu
Waktu kekal, sedang matahari sebentar akan musnah
Waktu adalah rahasia sinar bulan dan cahaya matahari
Bentangkan waktu
Bedakan masa lalu dan masa depan
Waktu tak berakhir tak bermula
Dia adalah bunga dari taman ruh kita
Mengenal hakikat akan menyegarkan hidup berjiwa baru
Ujudnya lebih syahdu dari fajar
Hidup bermula dari Waktu
Waktu bermula dari hidup


Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia [1997] adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Skala waktu diukur dengan satuan detik, menit, jam, hari [Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu], bulan [Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember], tahun, windu, dekade [dasawarsa], abad, milenium [alaf] dan seterusnya.

Tiap masyarakat memilki pandangan yang relatif berbeda tentang waktu yang mereka jalani. Sebagai contoh: masyarakat Barat melihat waktu sebagai sebuah garis lurus [linier]. Konsep garis lurus tentang waktu diikuti dengan terbentuknya konsep tentang urutan kejadian. Dengan kata lain sejarah manusia dilihat sebagai sebuah proses perjalanan dalam sebuah garis waktu sejak zaman dulu, zaman sekarang dan zaman yang akan datang. Berbeda dengan masyarakat Barat, masyarakat Hindu melihat waktu sebagai sebuah siklus yang terus berulang tanpa akhir.

Untuk mengukur skala waktu yang berlangsung sangat cepat, di dalam dunia elektronika dan semikonduktor, kebanyakan orang menggunakan satuan mili detik [seperseribu detik], mikro detik [seper satu juta detik], nano detik [nanoseconds], piko detik [picoseconds], dst.

Dalam dunia fisika, dimensi waktu dan dimensi ruang [panjang, luas, dan volume] merupakan besaran pengukuran yang mendasar, selain juga berat masa dari suatu benda [time, length and mass]. Gabungan dari waktu, ruang dan berat masa ini dapat dipakai untuk menceritakan dan menjelaskan misteri alam semesta secara kuantitatif [berdasarkan hasil pengukuran]. Misalnya tenaga [energi] dinyatakan dalam satuan ukuran kg*(meter/detik)kwadrat atau yang sering kita kenal sebagai satuan watt*detik atau joule.


Ruang dan Waktu
Hukum relativitas Einstein tentang waktu akan menjadi lebih jelas "teori relativitas itu dapat meleburkan waktu mejadi waktu-ruang", yang bagi kaum materialistik benda itu menjadi lebih nyata daripada fikiran yang terapung-apung. Menurut Prof.Whitehead karena itu alam bukanlah suatu kenyataan statis [fana] dalam ruang hampa yang non-dinamis, tetapi alam adalah suatu susunan peristiwa-peristiwa yang mempunyai sifat suatu arus yang kreatif yang terus menerus dipecah belah oleh fikiran menjadi sejumlah sesuatu yang tidak bergerak, dan dari hubungan timbal-baliknya muncul menjadi pengertian 'ruang' dan 'waktu'.

Bagi Einstein, ruang adalah nyata [real], tetapi relatif bagi si pengamat [observer]. Dan ditegaskan oleh Prof.Nunn, bingkai ruang-waktu itu tidaklah bergantung pada fikiran si pengamat, hal ini tergantung pada titik dari alam benda kepada siapa bendanya itu melekat. Teori relativitas Einstein nampak menimbulkan kesulitan besar, yaitu 'ke-tidak-nyataan' waktu [unreality of time] menjadi dimensi ke 4, dan menganggap masa depan itu sudah ada, seperti halnya masa lampua. [bila sulit memahami ini lihatlah film-film fiksi ilmiah yang dibuat tentang waktu, mis. Time Tunnel atau Back to the Future]. Inilah yang menunjukkan pengertian kebanyakan manusia tentang waktu yang bersifat linier atau garis lurus, dan terbagi menjadi: past [masa lalu]- present[masa sekarang] - future[masa depan], logiskah hal ini?

Sebagai gerak cipta, waktu tidak bebas lagi, kita hanya meninggalkan dan datang menemui mereka, segala macam peristiwa. Orang awam akan sulit memahami hal ini. Waktu yang dimaksud Einstein bukanlah jangka waktu asli [pure duration] dari Bergson, Henri, seorang filsuf Perancis. "Gerak adalah perubahan sebenarnya, adalah hakikat yang pokok", juga bukan waktu beruntun [serial time], waktu ini adalah inti kausalitas seperti yang dinyatakan oleh Kant. Waktu sebagai dimensi ke-4, dari ruang?, bukanlah waktu lagi [Muhammad Iqbal]. Menurut Oupensky, Russia, dalam bukunya 'Tertium Organum', dimensi ke-4 adalah gerak dari badan dimensi 3 ke suatu jurusan yang tidak terkandung di dalam dirinya sendiri, suatu tanggapan ruang yang samar-samar dan ditetapkan atas dasar tubuh psikis kita, bahwa terhadap sesuatu yang berdimensi satu, dua atau tiga, dimensi yang lebih tinggi mestilah selalu kelihatan sebagai urutan dalam waktu. [Bersambung ke...]

baca terusWaktu Bukanlah Garis Lurus